Selasa, 08 November 2011

laporan DDIT

ACARA I
PERBANYAKAN TANAMAN SECARA VEGETATIF
Tanggal Praktikum : 9 april 2011
A.    Tujuan
Mengetahui cara-cara perbanyakan tanaman secara vegetatif.
B.     Dasar teori
Perkembangbiakan atau perbanyakan tanaman secara vegetatif merupakan cara perkembangbiakan tanaman dengan memanfaatkan bagian tanaman, seperti batang, cabang, pucuk daun, umbi, dan akar. Tujuannya untuk menghasilkan tanaman baru dengan spesifikasi tanaman yang persis sama dengan induknya. Perbanyakan secara vegetatif yang disengaja oleh manusia dapat dilakukan dengan beberapa cara. Di antaranya, stek tanaman, okulasi, penyambungan atau grafting, dan cangkok.
1.      Stek
Untuk melakukan stek tanaman, tidak memerlukan teknik yang rumit. Cukup memotong dan menancapkan salah satu bagian tanaman. Stek tanaman mempunyai beberapa kelebihan, di antaranya dapat menghasilkan tanaman baru dalam jumlah banyak. Ini sangat menguntungkan. Apalagi, bahan tanaman induk yang unggul dan ingin diperbanyak tersedia amat terbatas.
Stek tanaman merupakan sebuah perlakuan yang disengaja oleh manusia dengan melakukan pemisahan atau pemotongan beberapa bagian tanaman. Bagian-bagian tanaman dipotong, seperti akar, batang, daun, dan tunas, untuk mendapatkan anakan baru dengan sifat seperti induknya. Stek umumnya dilakukan pada tanaman dikotil. Bagi tanaman monokotil, teknik stek tanaman masih jarang diterapkan meskipun ada beberapa tanaman monokotil yang bisa di stek, seperti asparagus.
Dari beberapa hasil penelitian menunjukkan bahwa inisiasi akar dapat merangsang sintesis protein dan roduksi RNA (Baraer, 1972). Dalam perkembangbiakan vegetatif secara stek memiliki beberapa faktor yang mempengaruhi pertumbuhan stek pada tanaman antara lain sebagai berikut:
·         Faktor endogenus
·         Faktor hormone
·         Faktor lingkungan
·         Faktor dari nutrisi tanaman stok
·         Faktor dari food reserve
·         Faktor dari kemampuan memobilisasi food reserve
1.      Cangkok
Mencangkok merupakan salah satu cara memperoleh perakaran dari suatu cabang tanaman tanpa mcmotong cabang tersebut dari induknya. Ada dua cara mencangkok yang sering dilakukan di Indonesia, yaitu ‘cangkok kerat’ dan ‘cangkok belah’. Cangkok kerat dilakukan terhadap tanaman vang kulitnya mudah untuk dilepas, sedangkan cangkok belah dilakukan untuk tanaman - tanaman yang kulitnya sukar dilepaskan. Waktu mencangkok sebaiknya dilakukan pada musim hujan. Bila dilakukan pada musim kemarau, cangkokan sebaiknya harus selalu disiram untuk mencegah kekeringan.
Banyak keuntungan dari teknik ini, selain caranya mudah, juga dapat diperoleh keturunan yang banvak dalam waktu yang relatif cepat sehingga cara ini juga efektif untuk membudidayakan tanaman yang tergolong langka.

2.      Grafting
Perbanyakan dengan cara sambung atau cara grafting pada dasarnya adalah menggabungkan batang atas hasil memangkasnya (prunning), dengan batang bawah tumpang. Keunggulan yang diperoleh dengan cara perbanyakan grafting ini adalah :
a.          Tanaman hasil grafting / sambung sama seperti induknya atau bahkan lebih baik karena faktor dominan dari jenis tumpang batang bawah yang lebih unggul dari induk atas hasil prunning.
b.         Waktu yang dibutuhkan untuk perbanyakan relatif singkat, sekitar ± 14 hari (2 minggu).
c.          Satu jenis tanaman tumpang (bawah) dapat disambung beberapa jenis sesuai keinginan.
d.         Kreasi tanaman adenium yang baik dan unik menjadi semakin menawan.
Adapun penggolongan jenis Grafting adalah sebagai berikut :
Wudianto (2002) mengatakan bahwa ada 119 bentuk grafting. Dari sekian banyak grafting ini digolongkan menjadi tiga golongan besar, yaitu sebagai berikut :
a.       Bud-grafting atau budding, yang kita kenal dengan istilah okulasi.
b.      Scion grafting, lebih populer dengan grafting saja, yaitu sambung pucuk atau enten.
c.       Grafting by approach atau inarching, yaitu cara menyambung tanaman sehingga batang atas dan batang bawah masih berhubungan dengan akarnya masing-masing.
Penyebab kegagalan grafting atau sambung pada tanaman dapat dipengaruhi beberapa faktor seperti :
a.       Terlalu lama proses penyambungan, sehingga kambium telah mengering.
b.      Kelembaban yang berlebihan atau terkena air langsung saat proses penyambungan.
c.       Alat pemotong atau pisau tidak bersih (tidak steril) atau alat pemotong atau pisau tumpul (tidak tajam) sehingga menyebabkan guratan serabut yang menyebabkan kambium sulit bersatu (menempel).
d.      Pengikatan sambungan terlalu kencang, sehingga menyebabkan metabolisme tanaman tercekik.
e.       Sambungan terkena guncangan / patah, sehingga menyebabkan perekatan kambium terputus.
f.       Faktor alam.
Cara sambung yang lazim dilakukan pada adenium adalah cara sambung pucuk (top grafting) dan sambung batang (trunk grafting). Metode grafting dapat dilakukan dengan beberapa teknik, antara lain :
a.       Grafting ” V ”.
b.      Grafting Gaya Bor.
c.       Grafting Pang.

C.    Bahan dan alat
1.      Bahan stek
2.      Bahan induk tanaman untuk di cangkok(oleander)
3.      Adenium
4.      Polibag
5.      Media tanam (tanah;pupuk kandang)
6.      Pisau steril
7.      plastik
D.    Cara kerja
1.      Cara stek
·         Bahan stek dari batang tanaman
·         Permukaan batang bagian bawah di potong menyerong,oleskan dengan rizoton dan tanpa rizoton
·         Menanaman pada campuran tanah;pupuk kandang
·         Menyiram setiap hari,jangan sampai becek

2.      Cara cangkok
·         Memiilih pohon induk, tentukan cabang yang pertumbuhanya baik
·         Membuat keratin melingkar batang(cabang)sebanyak tiga buah keratin dengan jarak antar keratin 5cm dengan menggunakan pisau steril.
·         Mengupas kulit batang yang berada di antara dua keratan kulit tersebut,bersihkan kambiumnya sampai bersih dengan cara mengeroknya dengan pisau.
·         Mengambil media tanah yang sudah di basahi dan balutkan pada bagian cabang yang telah di kupas.
·         Cabang yang sudah terbalut segera di bungkus dengan plastik kemudian di ikat.
·         Menyiram setiap hari media cangkok, jangan sampai kering.
3.      Cara grafting
·         Menyiapkan batang bawah dan batang atas tanaman adenium.
·         Memotong batang bagian bawah miring dan berbentuk V
·         Memotong batang atas miring dan berbentuk V terbalik.
·         Menyambungkan potongan batang atas dengan bawah sesuai bentuk potongan.
·         Mengikat menggunakan tali plastik.
·         Mengerodongi tanaman dengan plastik agar tidak terkena hujan.
·         Menempatkan di bawah naungan.








E.     Data pengamatan
1.Stek
Tabel Pengamatan Tanaman Ketela
Tanaman
OLES
TIDAK OLES


Minggu ke-1
Minggu ke-2
Minggu ke-3
Minggu ke-1
Minggu ke-2
Minggu ke-3
Tanaman I
Tinggi
23,8
26,4
-
15,2
16,4
-
Daun
6
7
-
6
7
-
Tunas
1
2
-
1
1
-
Tanaman II
Tinggi
29,8
32,2
-
17,7
18,4
-
Daun
6
8
-
4
6
-
Tunas
1
3
-
1
2
-
Tanaman III
Tinggi
25,7
26,5
-
12,2
15,4
-
Daun
5
7
-
6
6
-
Tunas
2
3
-
1
1
-

2.      Cangkok
Tabel Pengamatan tanaman puring
Cangkok Puring
Panjang Akar (cm)
Jumlah Akar
Tanah
-
-
Tanah+Pupuk
-
-


  1. Grafting
Pengamatan I
Grafting adenium
Tinggi tanaman
Jumlah daun
Miring
14,5
2
Bentuk V
13
2

 Pengamatan II
Grafting adenium
Tinggi tanaman(cm)
Jumlah daun
Miring
16
2
Bentuk V
14
2

-          Untuk bentuk miring tunas mulai tumbuh pada minggu ke-4 dan hidup 50 %
-          Untuk bentuk V tunas tidak tumbuh
F.     Pembahasan
·         Stek
Sebelum penanaman batang ketela pohon untuk proses stek, 3 (tiga) batang dicelupkan ke air, dan 3 (tiga) lainnya tidak dicelupkan ke air. Hal ini berpengaruh terhadap pertumbuhan tanaman ketela pohon yang di stek.
Pengamatan pertama dilakukan pada tanggal 30 April 2011, dan muncul tunas pertama pada tanggal 28 April 2011.
Dari hasil pengamatan yang dilakukan, terlihat bahwa pada pengamatan pertama, bagian stek batang ketela yang di celupkan dalam air memiliki rata - rata tinggi tunas 5,13 cm dan rata - rata jumlah tunas 1,33 buah. Dan pada pengamatan kedua, memiliki rata - rata tinggi tunas 9,92 cm dan rata - rata jumlah tunas 2,67 buah. Sedangkan pada stek batang ketela yang tidak dicelupkan dalam air pada pengamatan pertama memiliki rata - rata tinggi tunas yang lebih tinggi dari stek yang dicelupkan dalam air yaitu 7,5 cm dan rata - rata jumlah tunas 2 buah, lebih banyak juga dari stek yang di celupkan dalam air. Dan pada pengamatan kedua memiliki rata - rata tinggi tunas yang lebih tinggi pula, yaitu 9,5 cm dan rata - rata jumlah tunas 3 buah, lebih banyak dari stek yang di celupkan dalam air.
Hasil pengamatan stek yang tidak dicelupkan dalam air memiliki rata - rata tinggi tunas dan  rata - rata jumlah tunas yang lebih besar daripada stek yang dicelupkan dalam air. Hal ini karena air merusak atau mengurai jaringan batang ketela yang akan di stek. Sehingga, tanaman yang distek akan akan memperbaiki jaringan tersebut terlebih dahulu, kemudian mulai pertumbuhannya. Dengan kata lain, tanaman tersebut membutuhkan waktu yang agak lama untuk memulai pertumbuhannya.

·         Cangkok
Pengamatan dinyatakan gagal karena pengairan dan proses pencangkokan yang tidak maksimal
·         Grafting
Cara grafting miring muncul tunas pada tanggal 23 April 2011. Sedangkan cara grafting berbentuk huruf “V” tidak muncul tunas karena proses perekatan/pengikatan batang pohon tidak maksimal. Dari hasil pengamatan yang dilakukan, grafting dengan cara miring, memerlukan waktu untuk tumbuh 2 minggu setelah penempelan.






G.    Kesimpulan
·         Stek
Berdasarkan pembahasan diatas, dapat disimpulkan bahwa pada proses stek, pencelupan batang ketela kedalam air akan mempengaruhi pertumbuhan stek. Stek yang tidak dicelupkan dalam air memiliki rata - rata tinggi tunas dan  rata - rata jumlah tunas yang lebih besar daripada stek yang dicelupkan dalam air. Hal ini karena air merusak atau mengurai jaringan batang ketela yang akan distek. Sehingga, tanaman yang distek akan akan memperbaiki jaringan tersebut terlebih dahulu, kemudian mulai pertumbuhannya. Dengan kata lain, tanaman tersebut membutuhkan waktu yang agak lama untuk memulai pertumbuhannya.

·         Cangkok
Mencangkok merupakan perbanyakan tanaman secara vegetatif yang cukup banyak di minati karena mencangkok salah satu perbanyakan tanaman yang efektif. Dalam mencangkok haruslah secara intensif perawatannya karena sangat menentukan hasil cangkokan tersebut.

·         Grafting
Dari pembahasan hasil penelitian diatas dapat di ambil kesimpulan bahwa grafting dengan cara miring, memerlukan waktu untuk tumbuh lebih singkat dibanding dengan grafting cara membentuk huruf “V” yang memerlukan waktu lebih lama untuk tumbuh setelah grafting dilakukan.




H.    Daftar Pustaka
diunduh tanggal 1 Juni 2011





http://warniadeniumco.cc


















ACARA II
PERSEMAIAN
Tanggal Praktikum : 9 april 2011
A.    Tujuan :
Mengetahui cara membuat persemaian untuk budidaya tanaman.
B.     Dasar teori
Persemaian (Nursery) adalah tempat atau areal untuk kegiatan memproses benih (atau bahan lain dari tanaman) menjadi bibit/semai yang siap ditanam di lapangan. Kegiatan di persemaian merupakan kegiatan awal di lapangan dari kegiatan penanaman hutan karena itu sangat penting dan merupakan kunci pertama di dalam upaya mencapai keberhasilan penanaman
Penanaman benih ke lapangan dapat dilakukan secara langsung (direct planting) dan secara tidak langsung yang berarti harus disemaikan terlebih dahulu di tempat persemaian. Penanaman secara langsung ke lapangan biasanya dilakukan apabila biji-biji (benih) tersebut berukuran besar dan jumlah persediaannya melimpah. Meskipun ukuran benih besar tetapi kalau jumlahnya terbatas, maka benih tersebut seyogyanya disemaikan terlebih dulu.
Pengadaan bibit/semai melalui persemaian yang dimulai sejak penaburan benih merupakan cara yang lebih menjamin keberhasilan penanaman di lapangan. Selain pengawasannya mudah, penggunaan benih-benih lebih dapat dihemat dan juga kualitas semai yang akan ditanam di lapangan lebih terjamin bila dibandingkan dengan cara menanam benih langsung di lapangan.
Fungsi persemaian adalah untuk memperoleh bibit yang bermutu tinggi dalam jumlah yang memadai dan tepat waktu untuk ditanam di lapangan.
1.      Jenis Persemaian
Sebelum dimulai pembuatan perlu ditentukan terlebih dahalu jenis persemaian apa yang akan dibuat. Pada umumnya persemaian digolongkan menjadi 2 jenis / tipe yaitu persemaian sementara dan persemaian tetap. Berikut ini penjelasannya :
a.        Persemaian sementara (Flyng nursery)
Jenis persemaian ini biasanya berukuran kecil dan terletak di dekat daerah yang akan ditanami. Persemaian sementara ini biasanya berlangsung hanya untuk beberapa periode panenan (bibit / semai) yaitu paling lambat hanya untuk waktu 5 tahun.
a.       Keuntungan :
a)      Keadaan ekologi selalu mendekati keadaan yang sebenarnya.
b)      Ongkos pengangkutan bibit murah.
c)      Kesuburan tanah tidak terlalu menjadi masalah karena persemaian selalu berpindah tempat setelah tanah menjadi miskin.
d)     Tenaga kerja sedikit sehingga mudah pengurusannya.
b.      Kerugiannya :
a)      Ongkos persemaian jatuhnya mahal karena tersebarnya pekerjaan dengan hasil yang sedikit.
b)      Ketrampilan petugas sulit ditingkatkan, karena sering berganti petugas.
c)      Seringkali gagal karena kurangnya tenaga kerja yang terlatih.
d)     Lokasi persemaian yang terpancar menyulitkan pengawasan.
b.        Persemaian Tetap
Jenis persemaian ini biasanya berukuran (luasnya) besar dan lokasinya menetap di suatu tempat, untuk melayani areal penanaman yang luas.
1. Keuntungan :
a)      Kesuburan tanah dapat dipelihara dengan pemupukan.
b)      Dapat dikerjakan secara mekanis bila dikehendaki.
c)      Pengawasan dan pemeliharaan lebih efisien, dengan staf yang tetap dan terpilih.
d)     Perencanaan pekerjaan akan lebih teratur.
e)      Produktivitas semai/bibit tinggi, kualitas bibit lebih baik dan pertumbuhannya lebih seragam.
  2. Kerugiannya :
a)      Keadaan ekologi tidak selalu mendekati keadaan yang sebenarnya.
b)      Ongkos pengangkutan lebih mahal dibanding dengan jenis persemaian sementara.
c)      Membutuhkan biaya untuk investasi lebih tinggi dibanding persemaian sementara. Hal ini karena untuk persemaian tetap biasanya keadaan sarana (misal jalan angkutan, bangunan-bangunan di persemaian) dan prasarana (misal: peralatan kerja / angkutan ) lebih baik kualitas dan lebih mahal harganya dibanding yang diperlukan persemaian sementara.

2.      Pemilihan Lokasi Persemaian
Penentuan lokasi persemaian harus didahului dengan observasi lapangan. Untuk memilih lokasi persemaian persemaian yang baik, beberapa persyaratan yang perlu dipertimbangkan adalah aspek teknis seperti :
a.       Letak lokasi persemaian
Sejauh mungkin lokasi persemaian diusahakan terletak di tengah-tengah daerah penanaman atau berjarak sedekat mungkin ke setiap areal penanaman. Areal persemaian terbuka/kena sinar matahari cukup / langsung, mudah dijangkau setiap saat dan terlindung dari angin kencang.


b.      Jalan angkutan
Adanya dekat jalan angkutan yang memadai sesuai keperluan, baik lewat darat maupun lewat air / sungai. Tanpa adanya jalan angkutan ini akan mempersulit pengawasan dan mempertinggi biaya angkutan.
c.       Luas Persemaian
Luas areal persemaian tergantung pada :
1.      Jumlah semai yang diproduksi / tahun.
2.      cara penanaman apakah sistim akar telanjang (bare root) atau sistim container dimana lebih banyak ruang dibutuhkan.
3.      Lamanya semai / bibit dipelihara di pesemaian sampai diperoleh ukuran yang memenuhi persyaratan ukuran tinggi, diameter kekokohan batang.

C.    Bahan dan alat
1.      Benih sayuran
2.      Pupuk kandang
3.      Furadan
4.      Cethok
5.      Plastik.

D.    Cara kerja
1.      Membuat media persemaian yang terdiri dari tanah dan pupuk kandang dengan perbandingan 1:1 menggunakan plastik.
2.      Membuat lubang dan tanaman benih sayuran sebanyak 2 benih per lubang
3.      Menyiram media sampai basahdan letakkan di tempat teduh.
4.      Setiap hari persemaian di siram
5.      Dapat di perlakukan dengan pemberian pupuk organik cair atau zpt.

E.     Data pengamatan
Pertumbuhan bibit : tinggi, jumlah dan berat
Pengamatan I

Tanaman cabe
Tinggi (cm)
Jumlah daun
1
2
2
2
2
2
3
2
3
4
2
2
5
-
-
6
2
2

Pengamatan II

Tanaman cabe
Tinggi (cm)
Jumlah daun
1
4
4
2
4
4
3
5
5
4
4
4
5
-
-
6
6
4


               
Pengamatan III

Tanaman cabe
Tinggi (cm)
Jumlah daun
1
-
-
2
-
-
3
-
-
4
-
-
5
-
-
6
-
-


F.     Pembahasan
Dari hasil pengamatan menunjukkan bahwa pertumbuhan dan perkembangan tanaman cabai dalam persemaian berjalan dengan baik dan pertumbuhannya lebih seragam. Hal ini ditunjukkan adanya pertambahan tinggi bibit dan pertambahan jumlah daun setiap selang waktu pengamatan yang dilakukan setiap 2 minggu sekali.
Penanaman bibit di persemaian lebih dapat menekan angka kegagalan bibit dibanding dengan penanaman bibit langsung di lapangan. Hal ini terlihat dengan perbandingan keberhasilan dan kegagalan bibit sebesar 9 : 1.

G.    Kesimpulan
Dari pembahasan diatas dapat disimpulkan bahwa pertumbuhan dan perkembangan tanaman cabai dalam persemaian berjalan dengan baik dan pertumbuhannya lebih seragam. Hal ini dikarenakan, dalam persemaian lebih mudah untuk mengawasi bibit cabai, dan dapat menjaga kesuburan tanah dengan pemupukan, sehingga kegagalan bibit dapat diperkecil dengan menggunakan persemaian, dan akan mendapatkan bibit dengan kualitas yang lebih bermutu tinggi dan terjamin daripada yang langsung ditanam di lapangan.

H.    Daftar pustaka
Anonim. 1986. Pedoman Pembuatan Persemaian Parmanan. Departeman Kehutanan, Direktorat Jendral Reboisasi dan Rehabilitasi.




ACARA III
JARAK TANAM
Tanggal praktikum : 9 april 2011
A.    Tujuan
1.      Mengetahui kebutuhan ruang untuk tumbuh dan berkembng tanaman
2.      Mengetahui luasan minimal yang di butuhkan tanaman agar tanaman mampu berproduksi.
B.     Dasar teori
Faktor -faktor yang mempengaruhi pertumbuhan tanaman :
a.      Faktor Luar
1.      Air dan mineral berpengaruh pada pertumbuhan tajuk 2 akar. Diferensiasi salah satu unsur hara atau lebih akan menghambat atau menyebabkan pertumbuhan tak normal.
2.      Kelembaban.
3.      Suhu di antaranya mempengaruhi kerja enzim. Suhu ideal yang diperlukan untuk pertumbuhan yang paling baik adalah suhu optimum, yang berbeda untuk tiap jenis tumbuhan.
4.      Cahaya mempengaruhi fotosintesis. Secara umum merupakan faktor penghambat.
Etiolasi adalah pertumbuhan yang sangat cepat di tempat yang gelap.
Fotoperiodisme adalah respon tumbuhan terhadap intensitas cahaya dan panjang penyinaran.
b.      Faktor Dalam
1.      Faktor hereditas.
2.      Hormon.
Jarak tanam juga berpengaruh dalam proses pertumbuhan, jarak tanam yang rapat akan meningkatkan daya saing tanaman terhadap gulma karena tajuk tanaman menghambat pancaran cahaya ke permukaan lahan sehingga pertumbuhan gulma menjadi terhambat, disamping itu juga laju evoporasi ditekan. Namun, pada jarak tanam yang terlalu sempit mungkin tanaman budidaya akan memberikan hasil relatif kurang karena adanya kompetisi antar tanaman itu sendiri.oleh karena itu dibutuhkan jarak tanam yang optimum untuk memperoleh hasil yang maksimum
Kangkung (Ipomoea aquatica Forsk.), juga dikenal sebagai Ipomoea reptans Poir1. merupakan sejenis tumbuhan yang termasuk jenis sayur-sayuran dan di tanam sebagai makanan. Kangkung banyak dijual di pasar-pasar. Kangkung banyak terdapat di kawasan Asia dan merupakan tumbuhan yang dapat dijumpai hampir di mana-mana terutama di kawasan berair. Ada dua bentuk kangkung. Kangkung mempunyai daun yang licin dan berbentuk mata panah, sepanjang 5-6 inci. Tumbuhan ini memiliki batang yang menjalar dengan daun berselang dan batang yang menegak pada pangkal daun.
Tumbuhan ini bewarna hijau pucat dan menghasilkan bunga bewarna putih, yang menghasilkan kantung yang mengandung empat biji benih. Terdapat juga jenis daun lebar dan daun tirus. Ada dua jenis penanaman diusahakan: kering dan basah. Dalam keduanya, sejumlah besar bahan organik (kompos) dan air diperlukan agar tanaman ini dapat tumbuh dengan subur. Dalam penanaman kering, kangkung ditanam pada jarak 5 inci pada batas dan ditunjang dengan kayu sangga. Kangkung dapat ditanam dari biji benih atau keratan akar. Kangkung sering ditanam pada semaian sebelum dipindahkan di kebun.
 Daun kangkung dapat dipanen setelah 6 minggu ia ditanam. Jika penanaman basah digunakan, potongan sepanjang 12-inci ditanam dalam lumpur dan dibiarkan basah. Semasa kangkung tumbuh, kawasan basah ditenggelami pada tahap 6 inci dan aliran air perlahan digunakan. Aliran air ini kemudian dihentikan apabila tanah harus digemburkan. Panen dapat dilakukan 30 hari setelah penanaman. Apabila pucuk tanaman dipetik, cabang dari tepi daun akan tumbuh lagi dan dapat dipanen setiap 7-10 hari.
Semasa berbunga, pucuk kangkung tumbuh dengan lambat, tetapi pembajakan tanah dan panen cenderung menggalakkan lebih banyak daun yang dihasilkan. Ada dua bentuk kangkung. Kangkung mempunyai daun yang licin dan berbentuk mata panah, sepanjang 5-6 inci. Tumbuhan ini memiliki batang yang menjalar dengan daun berselang dan batang yang menegak pada pangkal daun. Tumbuhan ini bewarna hijau pucat dan menghasilkan bunga bewarna putih, yang menghasilkan kantung yang mengandung empat biji benih. Terdapat juga jenis daun lebar dan daun tirus.
Keuntungan menggunakan jarak tanam rapat antara lain :
1.                  Sebagai benih yang tidak tumbuh atau tanaman muda yang mati dapat terkompensasi, sehingga tanaman tidak terlalu jarang.
2.                  Permukaan tanah dapat segera tertutup sehingga pertumbuhan gulma dapat ditekan.
3.                  Jumlah tanaman yang tinggi diharapkan dapat memberikan hasil yang tinggi pula.

Sebaliknya jarak tanam yang terlalu rapat mempunyai beberapa kerugian yakni :
1.                  Polong pertanaman menjadi sangat berkurang, sehingga hasil per hektarnya menjadi rendah.
2.                  Ruas batang tumbuh lebih panjang sehingga tanaman kurang kokoh dan mudah roboh.
3.                  Benih yang dibutuhkan lebih banyak.
4.                  Penyiangan sukar dilakukan.




C.    Bahan dan alat
1.      Benih kangkung
2.      Pupuk kandang
3.      Garu
4.      Tugal
5.      Mal jarak tanam

D.    Cara kerja
1.      Membuat bedengan masing-masing seluas 90X90 cm sebanyak 2 buah bedengan
2.      Memberi pupuk kandang dan furadan secukupnya dan campur dengan merata
3.      Cara penanamanya adalh sebagai berikut :
·         Melubangi lahan dengan menggunakan tugal denagn jarak 10x10cm dan 10x15 cm(untuk membuat jarak tanam gunakan mal jarak tanam)
·         Memasukkan benih kangkung tersebut kedalam lubang sebanyak 3 buah benih setiap lubangnya, kemudian tutup lubang itu dengan tanah.
·         Menyiram lahan dengan menggunakan gembor setiap hari

E.     Data pengamatan
Tanaman yang digunakan pada praktikum ini adalah kangkung. Pada tanaman kangkung jarak tanam yang diterapkan pada persemaian pertama adalah 10 cm x 10 cm dan pada persemaian kedua adalah 10 cm x 15 cm.






Berikut data pengamatan tanaman kangkung :

Gambar jarak tanam kangkung 10 cm x 10 cm                      
U
O
O
O
O
O
O
8
O
O
O
O
O
O
O
O
O
O
O
O
O
O
O
O
O
O
O
O
O
O
O
O
O
O
6
O
O
O
O
O
O
O
O
O
O
O
O
O
O
O
O
O
O
O
O
O
O
O
O
O
O
O
O
9
7
O
O
3
10
O
O
O
O
1
O
O
5
O
2
4
O
O
O
O
O
O
O
O
O
O
O
O
O
O
O
O
O
O
O
O
O

Gambar jarak tanam kangkung 10cm x 15 cm
                                                                        U
O
O
10
9
O
O
O
O
O
O
O
8
O
O
O
O
O
O
7
O
O
O
O
O
O
O
6
O
O
O
O
O
O
1
O
O
O
5
O
O
O
O
O
O
3
O
O
O
O
O
2
O
O
O
4
O







Tanaman Kangkung 10 X 10
Kangkung
Tinggi Batang
Jumlah Daun
I
21
20
II
22
13
III
28
14
IV
25
16
V
20
21
VI
25
18
VII
20
12
VIII
21
19
IX
15
11
X
15
15
BERAT KANGKUNG = 78 GRAM


Tanaman Kangkung 10 X 15
Kangkung
Tinggi Batang
Jumlah Daun
I
22
12
II
20
10
III
24
21
IV
23
9
V
20
20
VI
26
14
VII
25
12
VIII
24
23
IX
40
21
X
32
23
BERAT KANGKUNG = 95,5 GRAM
F.     Pembahasan
 Penanaman kangkung tiap lubang diisi 3 biji benih kangkung. Setelah  benih kangkung sudah mulai tumbuh dilakukan pemupukan menggunakan pupuk ZA sebanyak 5 gram tiap bedeng. Setelah selang waktu 1 minggu dilakukan pemupukan lagi menggunakan pupuk Phonska sebanyak 5 gram per bedeng. Namun penanaman tanaman kangkung mengalami banyak kendala.Yang pertama tanaman terkena banjir dan mengakibatkan tanaman rusak.Untuk itu diperlukan memperbaikinya dengan menanam benih kembali. Setelah panen tanaman kangkung ini lebih kecil dibandingkan dengan tanaman kelompok yang lain karena kelompok kami mengulang kembali penanaman dari awal.

G.    Kesimpulan
Dari hasil pengamatan dan pembahasan dapat disimpulkan bahwa penanaman kangkung dengan jarak tanam lebih longgar akan menghasilkan berat segar yang lebih berat dibandingkan dengan menggunakan jarak tanam yang lebih rapat. Walaupun bedengan I memiliki rata – rata tinggi kangkung tertinggi, tetapi pertumbuhan kangkung tersebut kurang maksimal, karena harus bersaing untuk mendapatkan cahaya matahari dan unsur hara dalam tanaman. Berbeda dengan tanaman kangkung pada bedengan II yang dapat tumbuh dengan maksimal, karena tidak perlu bersaing dalam mendapatkan cahaya matahari dan unsur hara sebagai kebutuhan untuk perkembangannya









H.    Daftar pustaka
http://id.wikipedia.org/wiki/Kangkung
Wibowo, S., 1999. Langkanya Benih, Seretnya Langkah Gema Palagung. Trubus XXX No. 30: hal. 15.
Wuryaningsih, S. 1995. Pengaruh Jarak Tanam dan Dosis Pemupukan Nitrogen terhadap Pertumbuhan dan Produksi Bunga Mawar Kultivar Cherry Brandy. J. Hort. 5(2):100-106















ACARA IV
TRANSPLANTING
Tanggal praktikum : 9 april 2011
A.       Tujuan :
Mengetahui cara pemindahan bibit ke lapangan.

B.        Dasar teori
Pemindahan tanaman atau yang kita kenal dengan transplanting merupakan hal yang sangat penting dalam teknik budidaya jenis-jenis tanaman sayur dan buah. Adapun beberapa kegiatan seperti potting, repotting, pricking off, balling dan setting out merupakan kegiatan yang berkaitan dengan transplanting (pemindahan tanam). Potting merupakan kegiatan pemindahan tanaman/bibit dari bedengan semai atau flat pembibitan ke pot-pot yang telah disiapkan dengan tanah dan campuran pupuk. Sementara Repotting merupakan kegiatan pemindahan tanaman dari pot-pot/polybag yang lebih kecil ke pot-pot yang berukuran lebih besar. Pricking off merupakan cara persemaian dengan hanya menaburkan benih di atas bedengan semai untuk kemudian dipindah tanamkan ke polibag maupun ke bedengan-bedengan yang tersedia. Dan terakhir setting out merupakan tindakan pemindahan tanaman dari pot-pot, flat maupun bedengan ke tempat penanaman di lapang.
Dalam pelaksanaan transplanting, bibit yang disemai akan mengalami proses kerusakan terutama pada sistem perakarannya. Hal ini erat kaitannya dengan proses absorbsi dengan transpirasi yang berlangsung secara bersamaan dimana saat pemindahan, tanaman akan berhenti mengabsorbsi air sementara di lain pihak proses transpirasi tetap berlangsung. Dengan demikian akan terjadi reduksi air di dalam bibit tanaman. Untuk mengembalikan pada keadaan awal, diperlukan adanya daya bangun (recovery) atau daya sembuh dari tanaman-tanaman itu sendiri. Pada dasarnya daya recovery dari tanaman-tanaman sayur dan buah yang herbaceous (berbatang lunak) tergantung dari :
(a) ukuran dan umur tanaman (size and age of plant),
(b) jenis tanaman dan
(c) perlakuan pada waktu pemindahan.
Pada saat transplanting dilakukan, umur tanaman berbanding terbalik dengan jumlah akar rambut yang tertinggal. Artinya semakin panjang umur tanaman, akan mengakibatkan lebih sedikitnya akar rambut yang tertinggal. Hal ini tentunya berhubungan dengan kemampuan tanaman tersebut dalam mengadakan absorbsi air dan unsur hara. Pada umumnya tanaman/bibit sudah dapat dipindahkan setelah terlihat pemunculan daun sebenarnya (true leaves) sebanyak 2–3 helai. Ukuran dan umur tanaman juga berhubungan langsung dengan makin luasnya permukaan daun (transpirasi). Berdasarkan kenyataan tersebut, banyak pengusaha sayuran dan tanaman hias mengadakan pemindahan tanaman saat tanaman tersebut masih kecil.
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam transplanting adalah:
1.       Harus ada kendaraan khusus untuk mengangkut top soil
2.       Tenaga kerja yang digunakan harus maksimal
3.       Kondisi areal lahan yang kondusif
4.       Iklim yang kondusif
5.       Kontrol pekerjaan yang maksimal
Tanaman Terong atau Solanum melongena L. Tanaman terong dapat hidup pada semua jenis tanah, tetapi keadaan tanah yang paling cocok adalah tanah jenis lempung berpasir, subur, kaya bahan organik, aerasi dan drainasenya baik. PH tanah berkisar antara 5-6, sedangkan tanah yang bereaksi asam (pH < 5) dan perlu dilakukan pengapuran. Tanaman terong kurang baik dibudidayakan didaerah yang memiliki tanah berstruktur padat sehingga air tidak mudah meresap ke dalam tanah dan menyebabkan tanah menjdi becek dan tanaman peka terhadap serangan penyakit layu, bakteri, dengan intensif penyiraman yang cukup akan mempercepat proses pembungaan dan pembuahan. Bila tanaman kurang sinar matahari, maka akan terlihat pertambahan yang kurang baik. Ada dua jenis menia tanam, yaitu;
a. Media tanam organik
b. media tanam anorganik
Media tanam organik adalah Media tanam yang termasuk dalam kategori bahan organik umumnya berasal dari komponen organisme hidup
Karena yang peneliti  gunakan adalah media tanam organik, maka peneliti akan membahasnya.
a. Tanah  sebagai media tanam, tanah menyediakan faktor-faktor utama untuk pertumbuhan tanaman, yaitu unsur hara, air, dan udara dengan fungsinya sebagai media tunjangan mekanik akar dan suhu tanah. Semua faktor tersebut haruslah seimbang agar pertumbahan tanaman baik dan berkelanjutan.
b. Arang sekam atau arang sekam adalah sekam / kulit padi yang dibakar dengan teknik sedemikian rupa, sehingga menghailkan sekam yang menjadi arang. Sekam bakar yang baik adalah sekam yang sudah terbakar, tetapi tidak terlalu hancur. Sifat sekam bakar yang porous dan mampu menyimpan air,
    Sekam bakar juga mampu “memegang” tanaman dengan baik. Relatif mudah ditemui, serta harga juga relative lebih murah. Kelemahan sekam bakar adalah, relatif lebih mudah lapuk jika dibandingkan.
c. Pasir, sifatnya yang cepat kering akan memudahkan proses                  pengangkatan bibit tanaman. Sementara bobot pasir yang cukup berat akan mempermudah tegaknya tanaman. Selain itu, keunggulan media tanam pasir adalah kemudahan dalam penggunaan dan dapat meningkatkan sistem aerasi serta drainase media tanam. Pasir malang dan pasir bangunan merupakan jenis pasir yang sering digunakan sebagai media tanam.
       Transplanting adalah cara pemindahan bibit ke lapangan. Dalam praktikum transplanting ini tanaman yang digunakan adalah terong. Pemindahan bibit terong ke persemaian dimulai pada praktikum minggu kedua, pengukuran tinggi batang dan jumlah daun dimulai pada minggu ketiga praktikum. Agar terhindar dari serangan uret, maka sebelum menanamkan bibit ke persemaian ada baiknya memberikan furadan secukupnya pada lubang.

C.       Bahan dan alat.
1.      Bibit sayuran
2.      Pupuk kandang
3.      Furadan
4.      Pacul

D.       Cara kerja
1.      Menyiapkan lahan bedengan untuk peneneman bibit
2.      Menuyampurkan pupuk organik kompos sebagai pupuk dasar dan furadan
3.      Membuat lubang dan tanam bibit sayuran
4.      Menyiram lahan sampai basah
5.      Setiap hari dilakukan penyiraman
6.      Untuk memacu pertumbuhan dapat di berikan pupuk organik cair


E.        Data pengamatan
      Jarak tanam satu dengan yang lain yaitu 50 cm, dan jarak tanaman dari tepi   20 cm.   Panjang lahan 240 cm, lebar lahan 40 cm.
Gambar Tanaman Terong Pupuk Ponska dan ZA
 



                                                                                                                            

Gambar Tanaman Terong Pupuk Daun
 




Tanaman Terong Pupuk Ponska dan ZA
Tabel Pengamatan Tanggal 7 Mei 2011
Tanaman
Tinggi Tanaman
Jumlah Daun
I
7
5
II
8
5
III
8
5
IV
9
5
V
11
6
Tabel Pengamatan Tanggal 14 Mei 2011
Tanaman
Tinggi Tanaman
Jumlah Daun
I
22
6
II
18
8
III
-
-
IV
15
6
V
16
7

Tanaman Terong Pupuk Daun
Tabel Pengamatan Tanggal 7 Mei 2011
Tanaman
Tinggi Tanaman
Jumlah Daun
I
12
4
II
12
7
III
7
5
IV
10
5
V
13
4

Taberl Pengamatan Tanggal 14 Mei 2011
Tanaman
Tinggi Tanaman
Jumlah Daun
I
16
4
II
16
5
III
15
5
IV
14
4
V
12
4





F.        Pembahasan
Pemindahan bibit ke bedengan dilakukan dengan hati – hati. Jangan sampai melukai atau bahkan merusak akar tanaman yang dapat mengganggu pertumbuhan dan perkembangan tanaman. Setelah dipindahkan ke bedengan I, tanaman ke 1 sampai 5 diberikan pupuk 15 gram phonska dengan cara ditaburkan disekeliling tanaman. Sedangkan pada bedengan II, tanaman ke 6 sampai 10 diberikan pupuk dengan cara disemprotkan pada daun tanaman.
Pada pengamatan pertama yang dilakukan didapatkan rata – rata tinggi tanaman terong 10,1 cm dan rata – rata banyak daun 5,8 buah. Dan hasil pengamatan kedua didapatkan rata – rata tinggi tanaman terong 11,875 cm dan rata – rata banyak daun 8,5 buah.
Dari hasil pengamatan diatas, terjadi selisih rata – rata tinggi tanaman dan rata – rata jumlah daun yang cukup besar. Pertumbuhan tanaman terong lebih baik dan maksimal setelah dipindahkan ke bedengan dibanding dengan pada saat sebelum dipindahkan dari persemaian.
Pada kasus tanaman terong yang mati, kemungkinan disebabkan oleh cuaca yang kurang kondusif sehingga tanaman mati. Dan juga mungkin juga karena kerusakan akar pada saat pemindahan, sehingga menyebabkan pertumbuhan tanaman terganggun dan bahkan mati.

G.       Kesimpulan
Dari hasil pengamatan dan pembahasan diatas, dapat disimpulkan bahwa pertumbuhan tanaman terong lebih baik dan maksimal setelah dipindahkan ke bedengan dibanding dengan pada saat sebelum dipindahkan dari persemaian. Karena terjadi selisih rata – rata tinggi tanaman dan rata – rata jumlah daun yang cukup besar antara pengamatan pertama dan pengamatan kedua.

H.       Daftar pustaka


http://www.google.co.id















ACARA V
PENGUKURAN INTENSITAS CAHAYA
Tanggal praktikum : 16 april 2011
A.    Tujuan
Mengetahui intensitas cahaya
B.     Dasar teori
Pengukur cahaya atau lightmeter adalah sebuah alat untuk mengukur intensitas cahaya.
Cahaya matahari merupakan sumber utama energi bagi kehidupan, tanpa adanya cahaya matahari kehidupan tidak akan ada (Pearse, 1939 set Wilsie,1962).
Bagi pertumbuhan tanaman ternyata pengaruh cahaya selain ditentukan oleh kualitasnya ternyata ditentukan intensitasnya (Hari Suseno, 1976).
Intensitas cahaya berpengaruh nyata terhadap sifat morfologi tanaman. Tanaman yang mendapatkan cahaya matahari dengan intensitas yang tinggi menyebabkan lilit batang tumbuh lebih cepat, susunan pembuluh kayu lebih sempurna, internodianya lebih pendek, daun lebih tebal, tetapi ukurannya lebih kecil dibanding dengan tanaman yang terlindung (Wilsie, 1962). Tanaman yang kurang mendapatkan cahaya matahari akan mempunyai akar yang pendek.
Proses fotosintesis, cahaya berpengaruh melalui intensitas, kualitas dan lamanya penyinaran, tetapi yang terpenting adalah intensitasnya. Sehubungan dengan laju fotosisntesi, intensitas cahaya yang semakin tinggi (naik) mengakibatkan lalu fotosisntesis semakin tidak bertambah lagi walaupun intensitas cahaya terus bertambah. Batas ini disebut titik saturasi cahaya atau titik jenuh cahaya (ligh saturation point). Pada keadaan ini cahaya bukan sebagai sumber energi maupun sebagai bentuk perusak..
Intensitas cahaya yang tinggi mengakibatkan temperatur daun meningkat, sebagai akibat menutupnya stomata, sehingga sebagaian klorofil menjadi pecah dan rusak (fotodestruktif). Sedangkan pada intensitas cahaya yang semakin menurun sampai batas tertentu jumlah O2 yang dikeluarkan oleh proses fotosintesis sama dengan jumlah O2 yang diperlukan oleh proses respirasi. Batas ini disebut titik kompensasi cahaya (light compensation point).
Dan secara garis besar dibedakan kreteria penyinaran cahaya matahari kedalam empat kelompok, yaitu :
1.      Sinar kuat, berarti sinar matahari penuh atau 100 % tidak ada penghalang / peneduh, ini ada di daerah tropis.
2.      Agak teduh, intensitas sinar matahari 50 – 100 %. Adanya peneduh, kalau berupa tirai adalah masih ada antara untuk masuknya cahaya yang cukup. Peneduh yang berupa pohon biasanya pohon yang mempunyai daun majemuk yang tips seperti : Flamboyan, sengon, petai, petai cina, asam, pinus dan lain-lain.
3.      Setengah teduh, intensitas cahaya yang menjadikan keadaan setengah teduh menggambarkan kondisi cahaya matahari yang masuk sebesar 50 %. Biasanya digunakan tirai kain, plastik bening disemprot cat putih susu, dapat pula dipakai tirai bambu.
4.      Teduh sekali, suatu keadaan dimana sinar matahari tidak diterima langsung oleh tanaman, tetapi sinar diperoleh dari difrasi/pemancaran diffuse. Disini intesitas
cahaya matahari besarnya kurang dari 5 %.
Berdasarkan ekologinya terhadap penerimmaan cahaya, tanaman diklasifikasikan sebagai berikut ini :
1.      Heliofit, yaitu tanaman yang tumbuh baik jika kena cahaya matahari penuh.
2.      Skiofit, yaitu tanaman yang tumbuh baik di intensitas cahaya yang lebih rendah.

Tanaman yang kurang mendapatkan cahaya matahari akan mempunyai akar yang pendek, hal ini diperkuat oleh pendapat Shirley sit Wilsie (1962) bahwa cahaya matahari penuh menghasilkan akar lebih panjang dan lebih bercabang.
Untuk mengukur intensitas cahaya, dapat menggunakan alat pengukur cahaya atau lightmeter.

C.    Bahan dan alat
1.      Tanaman sorgum,terong,jagung.
2.      Alat pengukur intensitas cahaya (light meter)

D.    Cara kerja
1.      Mengukur intensitas cahaya pada tanaman sorgum
2.      Mengukur bagian di atas kanopi dan bawah kanopi daun
3.      Mencatat intensitasnya, buat 5 sampeluntuk masing-masing jenis tanaman

E.     Data pengamatan
Tanaman yang digunakan dalam pengukuran intensitas cahaya adalah  tanaman sorgum. Untuk pengukuran pertama dilakukan di bagian atas daun yang letaknya paling tinggi. Dan untuk pengukuran yang kedua dilakukan pada bagian bawah daun yang letaknya paling rendah.




Tabel Pengukuran Intensitas Cahaya pada Tanaman

Sampel tanaman
Atas kanopi ( lux )
Bawah kanopi ( lux )
Jagung
770  x  100  =  77000
500 x 100 = 50000
Sorgum
760  x  100  =  76000
500 x 100 = 50000
Terong
630  x 100   =  63000
530 x 10   =   5300

F.     Pembahasan
Berdasarkan hasil pengamatan, diperoleh data intensitas cahaya pada tanaman sorgum dan tanaman terong. Besarnya intensitas cahaya diatas kanopi daun sorgum lebih besar dibanding dengan besarnya intensitas cahaya diatas kanopi daun pada tanaman terong. Hal ini juga terjadi pada bagian bawah kanopi daun. Tanaman sorgum memiliki intensitas cahaya dibawah kanopi daun lebih besar daripada besar intensitas cahaya dibawah kanopi daun tanaman terong.
Bagi pertumbuhan tanaman ternyata pengaruh cahaya selain ditentukan oleh kualitasnya ternyata juga ditentukan oleh intensitasnya. Hal ini menunjukkan bahwa intensitas cahaya berpengaruh nyata terhadap sifat morfologi tanaman. Tanaman sorgum yang mendapatkan cahaya matahari dengan intensitas yang tinggi daripada tanaman terong, menyebabkan daun lebih tebal, tetapi ukurannya lebih kecil dibanding dengan daun tanaman terong.
Intensitas cahaya yang diterima tanaman berbeda satu dengan lainnya. Banyak sedikitnya tergantung dengan kebutuhan tanaman itu sendiri.






G.    Kesimpulan
Dari data hasil penelitian dan pembahasan diatas dapat disimpulkan bahwa intensitas cahaya yang diterima tanaman berbeda satu dengan lainnya. Banyak sedikitnya intensitas cahaya yang diterima tergantung dengan kebutuhan tanaman itu sendiri.

H.    Daftar pustaka
http://prabowogetto.blogspot.com/2010/02/laporan-pengaruh-cahaya-matahari.htmlid.wikipedia.org/wiki/Fotosintesis  diunduh tanggal 1 Juni 2011
http://id.wikipedia.org/wiki/Pengukur_cahaya
http://nusaanggrek.blogspot.com/












ACARA VI
APLIKASI PEMUPUKAN
Tanggal praktikum : 16 april 2011
A.    Tujuan
1.      Mengetahui jenis-jenis pupuk
2.      Mengetahui cara memupuk tanaman
B.     Dasar teori
Pupuk adalah zat yang ditambahkan secara langsung atau tidak langsung kedalam media tanam atau tanaman guna mencukupi kebutuhan hara yang tidak bisa dipenuhi oleh tanah tempat tumbuhnya, sehingga mampu berproduksi dengan baik. Dilihat dari kandungannya, pupuk tunggal adalah ketika hanya mengandung satu unsur hara, dan memiliki lebih dari satu unsur hara hingga 13 unsur hara esensial. Unsur hara esensial adalah unsur hara yang dibutuhkan tanaman untuk pertumbuhannya. Sedangkan unsur hara adalah unsur kimia yang terdapat di dalam tubuh tanaman.
Unsur hara sendiri dibedakan menjadi :
1.      Unsur hara esensial
Adalah unsur hara yang diperlukan untuk pertumbuhan tanaman. Unsur hara esensial dibagi menjadi :
1.      Unsur hara makro
Terdiri dari 9 unsur, yaitu C, H, O, N, S, P, K, Ca, dan Mg.
2.      Unsur hara mikro
Terdiri dari 7 unsur, yaitu Fe, B, Zn, Cu, Mo, Mn, dan Cl.
2.      Unsur hara non-esensial
Adalah unsur hara yang tidak diperlukan untuk pertumbuhan tanaman.
Ketersediaan unsur hara esensial secara maksimal bagi tanaman umumnya pH   5,5 – 6,5.
Fungsi unsur hara secara umum :
1.      Membentuk protoplasma, dan dinding sel.
2.      Mempengaruhi tekanan osmotik sel tanaman.
3.      Mempengaruhi kemasaman cairan sel yang berfungsi sebagai buffer.
4.      Mempengaruhi permeabilitas membran sitoplasma.
Efektivitas pemupukan di pengaruhi oleh :
1.      Pemilihan jenis pupuk.
2.      Pemakaian dosis yang sesuai kebutuhan tanaman.
3.      Cara penempatan pupuk.
Cara aplikasi pupuk dibagi menjadi :
1.      Larikan.
2.      Penebaran merata.
3.      Pupuk terlebih dahulu (saat penanaman).
4.      Penugalan.
5.      Fertigasi (dilarutkan ke air lalu disemprotkan).
Cara aplikasi atau penempatan pupuk harus mempertimbangkan faktor – faktor berikut :
1.     Tanaman yang akan di pupuk
·        Nilai ekonomis tanaman.
·        Umur tanaman.
·        Tipe perakaran.
·        Jarak tanam dan karakter tajuk.
2.     Jenis pupuk yang digunakan
·        Mobilitas unsur hara di tanah (pupuk kalium dan nitrogen mudah bergerak dari tempat asal penebaran).
·        Sifat pupuk (indeks garam, butiran pupuk).
3.     Dosis pupuk
4.     Faktor lain
·        Keadaan air tanah (percuma jika pada tanah kering dilakukan proses pemupukan).
Peningkatan produksi pertanian dapat dicapai melalui pendekatan   yang tepat antara lain dengan menerapkan teknologi pemupukan berimbang spesifik lokasi.

C.    Bahan dan alat
1.      Pupuk urea,TSP,KCL,puupk organik.
2.      Timbangan analitik.
3.      Plastik.
4.      Gelas ukur
D.    Cara kerja
1.      Mendiskripsikan jenis-jenis pupuk yang tersedia
2.      Menimbang pupuk urea untuk budidaya kangkung sebanyak 5 gram
3.      Menimbang pupuk organic untuk budidaya kangkung sdbanyak 5 gram
4.      Mengaplikasikan pupuk yang telah di timbang untuk tanaman kangkung dengan cara di buat larikan antar baris tanaman kemudian di tutup kembali
E.     Data pengamatan
           Pada praktikum aplikasi pemupukan pupuk yang digunakan pada tanaman adalah pupuk kandang, pupuk ZA, pupuk ponska dan pupuk semprot. Pemberian pupuk dilakukan 3x dari awal penanaman sampai dengan panen.
Pemupukan pertama menggunakan pupuk kandang.
Aplikasi : Pupuk kandang yang telah disiapkan dicampurkan dengan tanah. Ini dilakukan pada saat membuat persemaian. Pupuk kandang dengan tanah  diberikan sebanyak 1:1. Kemudian dicampur rata.
Pemupukan kedua dan ketiga menggunakan pupuk ZA dan Ponska.
Aplikasi : Pemupukan dilakukan pada saat tanaman sudah tumbuh. Pemberian pupuk tidak langsung tepat pada tanaman , namun diberikan di sekitar tanaman dengan cara membuat larikan di antara tanaman
F.     Pembahasan
Dari hasil pengamatan yang telah dilakukan diperoleh data pada bedengan I dengan jarak tanam 10 cm x 10 cm, memiliki rata - rata tinggi kangkung 30,58 cm dan rata - rata jumlah daun 31,1 buah. Sedangkan pada bedengan II dengan jarak tanam 10 cm x 15 cm diperoleh data rata - rata tinggi kangkung 25,26 cm dan rata - rata jumlah daun 30,8 buah.
Pada masing – masing bedengan telah diberikan pupuk phonska sebanyak 15 gr / bedengan. Cara pemupukan dengan cara larikan untuk kedua bedengan.
Penggunaan pupuk terlihat lebih efektif pada bedengan 1 dengan jarak tanam 10 cm x 10 cm. Karena dengan jarak tanam yang lebih rapat daripada bedengan II pemupukan / unsur hara yang terbuang atau meresap jauh ke dalam tanah lebih sedikit. Sehingga memberikan data rata – rata tinggi tanaman yang lebih tinggi dari bedengan II.

G.    Kesimpulan
Dari hasil pengamatan dan pembahasan diatas dapat disimpulkan bahwa penggunaan pupuk lebih efektif dengan jarak tanam yang lebih rapat, karena unsur hara yang hilang / meresap jauh kedalam tanah lebih sedikit dibanding dengan bedengan yang menggunakan jarak tanam lebih renggang.
Maksud atau tujuan pemberian pupuk itu sendiri adalah agar dapat menambah pertumbuhan dan perkembangan bagian – bagian tanaman, yaitu antara lain, batang dan daun. Pengaplikasian pupuk juga mempunyai fungsi tersendiri terhadap tanaman, baik yang diberikan langsung pada tanaman, ataupun yang diberikan pada tanah sebagai media tanamnya. Untuk setiap bagian tanaman terdapat pupuk tersendiri yang sesuai dengan karakter masing – masing. Pemberian pupuk juga dapat memperkecil hilangnya unsur hara baik karena terlambat / terikat oleh zarah tanah, maka pemberian pupuk sebaiknya tidak seluruh dosis diberikan sekaligus. Pemberian pupuk organik bukan hanya berfungsi menambah hara saja, namun dapat memperbaiki sifat fisik tanah.

H.    Daftar pustaka
dimasadityaperdana.blogspot.com/.../budidaya-kangkung.html
diunduh tanggal 1 Juni 2011
http://www.pemupukan.info/ diunduh tanggal 1 Juni 2011
http://jabritanah.wordpress.com/2009/04/08/pupuk-organik/
diunduh tanggal 1 Juni 2011
diunduh tanggal 1 Juni 2011
http://pusri.wordpress.com/2007/10/02/konsep-pemupukan-berimbang
http://www.kencanaonline.com/online/index.php?cPath=43&sort=2a&language=ID
Prihmantoro, Heru. 2001. Memupuk Tanaman Sayur. PT. Penebar Swadaya, Jakarta








ACARA VII
PENGUKURAN LUAS DAUN
Tanggal praktikum : 16 april
A.    Tujuan
Mengetahui cara-cara pengukuran luas daun

B.     Dasar teori
Peningkatan luas daun berhubungan erat dengan peningkatan tinggi tanaman dan bobot bahan kering. Disamping itu, indeks luas daun makin meningkat sehingga makin banyak daun yang terlindungi dan dengan demikian, pada akhir pertumbuhan Laju Tumbuh Tanaman Rata - Rata (LTT) lebih cepat menurun. Menurut Wareing dan Cooper (1971), LTT maksimum diperoleh pada saat daun berkembang penuh sehingga dapat mengkonversi radiasi matahari dan hara secara maksimal untuk menghasilkan bahan kering yang potensial.
Pentingnya mengetahui luas daun suatu tumbuhan adalah untuk mengetahui Laju Asimilasi Bersih Rata – Rata (LAB) sepuluh harian didefinisikan sebagai rata - rata peningkatan bobot kering tanaman per satuan luas daun per satuan waktu dalm periode sepuluh harian (Gardner et al., 1991). LAB merupakan ukuran rata - rata fotosintesis daun dalam suatu komunitas tanaman untuk menghasilkan bahan kering. Pola perkembangan LAB sepuluh harian selama lima periode 10-harian periode tumbuh tanaman rami dengan masukan raw mix semen bervariasi dosis pada setiap taraf konsentrasi M-Bio berupa kurva kuadratik.
Perkembangan LAB semakin menurun dengan bertambahnya umur, namun kurva - kurva tersebut tidak selalu sejajar atau berimpit, terutama jika disertai dengan masukan M-Bio. Hal ini disebabkan oleh kecepatan pertambahan luas daun yang lebih tinggi dibandingkan dengan kecepatan pertambahan bobot kering. Meningkatnya luas daun yang seiring dengan bertambahnya umur tanaman tidak meningkatkan fotosintesis. Hal itu diduga terjadi karena daun - daun tidak efisien dalam melakukan fotosintesis karena daun saling menaungi. Ternaungi daun pada bagian bawah menyebabkan produk total fotosintat lebih sedikit dibandingkan dengan luas daun.
LAB paling tinggi nilainya pada saat tanaman masih kecil dan sebagian besar daunnya terkena sinar matahari langsung. Dengan tumbuhnya tanaman dan dengan meningkatnya ILD, makin banyak daun yang terlindungi menyebabkan penurunan LAB sepanjang masa pertumbuhan selanjutnya. Stoskopf (1981) menginformasikan bahwa penuaan daun menyebabkan rendahnya LAB karena berkurangnya laju fotosintesis, sedangkan respirasi tetap berlangsung.

C.    Bahan dan alat
1.      Bahan daun kacang tanah, jagung ke tela pohon
2.      Timbangan anlalitis
3.      Penggaris
4.      Kertas millimeter
5.      Gunting
6.      pensil
D.    Cara kerja
1.      Penentuan luas daun bedasarkan berat kertas
Untuk masing-masing daun dilakukan hal-hal berikut
a)      Menggambar bentuk daun yang akan di cari luasnya pada kertas millimeter
b)      Memotong gambar daun tersebut diatas sesuai dengan bentuk daunnya
c)      Menimbang gambar daun tersebut dan mencatatnya (Ag)
d)     Memotong kertas millimeter dengan ukuran 10x10 cmkemudian di timbang(missal B g)
e)      Menghitung luas daun yang akan di ukur dengan rumus :
LUAS DAUN=A/Bx100cm2
2.      Penentuan luas daun berdasarkan lusan pada kertas mili meter
Untuk masing-masing daun di lakukan hal berikut :
a)      Menggambar bentuk daun yang akan di cari luasnya pada kertas millimeter
b)      Memotong gambar daun tersebut di atas sesuai dengan bentuk daunnya
c)      Hitunglah luasan kotak millimeter dengan mengelmpokkkan sesuai dengan besar kotak (1 cm2) yaitu 80%-100%;60%-80%;40%-60%;20%-40%dan <20%
d)     Luas daun berdasar jumlah persentase masing-masing tersebut kemudian di hitung,misalnya sebagai berikut :
80-100%   = 3 buah--à300%
60-80%     = 4 buah--à240%
40-60%     = 6 buah--à360%
20-40%     = 5 buah--à200%
<20%        = 5 buah--à100%
                                   ------------ +
                                         1200%
Jadi luas daun bersangkutan = 1200% x 1 cm =12 cm2
Pengamatan data luas daun di buat table.
E.     Data pengamatan
Pada pengukuran luas daun, daun yang digunakan adalah daun Ketela Pohon, daun Kacang dan daun Koro Pedang masing-masing sebanyak 3 lembar. Dapat dilakukan dengan 2 cara, yaitu dengan menimbang berat kertas dan berdasarkan pada luasan kertas millimeter.



Tabel Pengukuran Berat Kertas
Tanaman
Berat Kertas I
(gram)
Berat Kertas II
(gram)
Berat Kertas III (gram)
Ketela
0,76
0,74
0,54
Kacang
0,35
0,34
0,30
Koro Pedang
0,47
0,39
0,40

Rumus Pengukuran Luas Daun
Luas Daun = A/B x 100cm2
Keterangan
A = Berat daun
B = Berat Kertas Milimeter (10 cm x 10 cm)
Perhitungan Luas Daun Berdasarkan Rumus
Daun Koro Pedang I        : 0,44 g / 1 x 100 cm2 = 44 cm2
Daun Koro Pedang II       : 0,39 g / 1 x 100 cm2 = 39 cm2
 Daun Koro Pedang III     : 0,40 g / 1 x 100 cm2 = 40 cm2
Daun Kacang Panjang I    : 0,35 g /1 x 100 cm2 = 35 cm2
Daun Kacang Panjang II   : 0,34 g /1 x 100 cm2= 34 cm2
Daun Kacang Panjang III  : 0,30 g /1 x 100 cm2 = 30 cm2
Daun Ketela I                    : 0,76 g /1 x 100 cm2 = 76 cm2
Daun Ketela II                   : 0,74 g /1 x 100 cm2 =74 cm2
 Daun Ketela III                 : 0,54 g /1 x 100 cm2 = 54 cm2






Perhitungan Luas Daun Berdasarkan Luasan pada Kertas Milimeter
 







-          Luas daun ketela I adalah 20700% x 1cm = 207 cm2
-          Luas daun ketela II adalah 18600%  x 1cm = 186 cm2
-         
Daun Koro P. III
100 – 80   = 61 = 6100%
80 – 60     =   7 =   700%
60 -40      =    2 =   200%
40 -20      =    9 =   900%
   >20       =  11 = 1100% +
                             9000%
 
Daun Koro P.II
100 – 80   = 59 = 5900%
80 – 60     =  4   =   400%
60 -40      =  6   =   600%
40 -20      =  5   =   500%
   >20       =  6   =   600% +
                             8000%
 
Daun Koro Pedang I
100  - 80 = 70 = 7000%
80 – 60     = 5 =     500%
60 – 40     =  5 =    500%
40 – 20     = 6 =     600%
   >20       =  7 =    700% +
                                       9300%
 
Luas daun ketela III adalah 11900% x 1cm = 119 cm2




 



-          Luas daun ketela I adalah 9300% x 1cm = 93 cm2
-          Luas daun ketela II adalah 8000%  x 1cm = 80 cm2
-          Luas daun ketela III adalah 9000% x 1cm = 90 cm2
 







-          Luas daun ketela I adalah 8300% x 1cm = 83 cm2
-          Luas daun ketela II adalah 7700%  x 1cm = 77 cm2
-          Luas daun ketela III adalah 7400% x 1cm = 74 cm2

F.     Pembahasan
Berdasarkan hasil pengamatan diatas, terlihat bahwa daun singkong memiliki luas daun paling kecil dibandingkan dengan daun kacang panjang dan kacang koro. Hal ini terjadi karena terdapat perbedaan kebutuhan dan kegiatan tanaman itu sendiri. Perbedaan kebutuhan tersebut juga akan terlihat berbeda pada morfologi tanaman tersebut. Daun sebagai tempat fotosintesis yang merupakan kegiatan yang dilakukan oleh setiap tumbuhan. Luas daun berhubungan erat pula dengan peningkatan tinggi tanaman dan bobot bahan kering.
Luas daun juga dipengaruhi oleh faktor – faktor dari luar dan dalam tubuh tanaman tersebut. Seperti jenis tanaman, ketersediaan unsur hara, ketersediaan air, ketersediaan cahaya matahari, dan lain – lain. Hal tersebut akan berpengaruh terhadap pertumbuhan dan perkembangan tanaman, dan juga akan berpengaruh terhadap luas daun tanaman.


G.    Kesimpulan
Berdasarkan hasil pengamatan dan pembahasan diatas dapat disimpulkan bahwa daun singkong memiliki luas daun paling kecil dibandingkan dengan daun kacang panjang dan kacang koro. Hal ini terjadi karena terdapat perbedaan kebutuhan dan kegiatan tanaman itu sendiri. Perbedaan kebutuhan tersebut juga akan terlihat berbeda pada morfologi tanaman tersebut. Daun sebagai tempat fotosintesis yang merupakan kegiatan yang dilakukan oleh setiap tumbuhan. Luas daun berhubungan erat pula dengan peningkatan tinggi tanaman dan bobot bahan kering.
Luas daun juga dipengaruhi oleh faktor – faktor dari luar dan dalam tubuh tanaman tersebut. Seperti jenis tanaman, ketersediaan unsur hara, ketersediaan air, ketersediaan cahaya matahari, dan lain – lain. Hal tersebut akan berpengaruh terhadap pertumbuhan dan perkembangan tanaman, dan juga akan berpengaruh terhadap luas daun tanaman.

H.    Daftar pustaka
wiqk.wordpress.com/.../beberapa-metode-yang-digunakan-untuk-   mengukur-luas-daun/ diunduh tanggal 1 Juni 2011
cara-apapun.blogspot.com/2011/.../cara-mengukur-luas-daun.html diunduh tanggal 1 Juni 2011


LAMPIRAN
budidaya-terong                           jagung
Terong                                                             jagung

kangkung                 ubi
Kangkung                                                       Ubi Kayu

puring                
Puring                                                        kacang koro pedang
PUPUK NPK
npk.jpg
PUPUK PHONSKA
phoska.jpeg 
PUPUK ZA
za.jpg



PUPUK KCL
kcl.jpeg
PUPUK ORGANIK
organik.jpeg
PUPUK PPC
pelengkap cair.jpg